Categories
mahbub

MAHBUB: Di DKI Jaya Ada Yang Jual “Roh”

Negeri Rusia itu gudangnya sastrawan kelas wahid. Di sana orang lebih kenal seorang novelis daripada menteri yang kepalang tanggung. Apalagi menteri muda – kalau misalnya ada – takkan digubris orang, seperti halnya penumpang oplet biasa. Mereka menganggap, biar kabinet kurang satu menteri, dunia masih akan tetap berputar pada asnya sebagaimana biasa. Tetapi kehilangan seorang novelis, arah dunia ini akan terhuyung-huyung. Baik Rusia sesudah Revolusi Oktober maupun sebelumnya. Para sastrawan senantiasa di atas angin, tidak turun-turun.

Di antara sekeranjang sastrawan itu, ada seorang yang menarik perhatian saya. Namanya Nikolai Gogol. Bukan tertarik sembarang tertarik. Saya merasa tertarik kepada Gogol, karena dia pernah menulis sebuah roman yang ganjil dan indah, berjudul Penjual-penjual Mayat. Pernah seorang sastrawan merangkap sebagai penerbit, Ajip Rosidi, meminta saya agar mau menerjemahkan roman ini karena dianggapnya saya ini punya gaya mirip-mirip Nikolai Gogol. Karena sedang “ogah-ogahan”, permintaan itu tidak saya gubris. Saya bilang, lebih baik saya bikin novel sendiri daripada menerjemahkan punya Nikolai Gogol. Apa susahnya sih, bikin novel? Beberapa waktu yang lampau kepada Ajip Rosidi sudah saya serahkan naskah novel saya itu. Entah kapan dicetak, saya tidak tahu. Kalau birokrat bisa jadi kapitalis, mengapa wartawan tidak bisa jadi novelis?